Wednesday 13 November 2013

Fashion Blogger - Dari Ngeblog ke Bisnis Fashion




Bermodal ketertarikan tinggi pada dunia fashion yang dituangkan melalui blog, para fashion blogger ini tidak hanya berhenti sebagai blogger. Namun, mereka mampu merambah bisnis fashion. Bagaimana ceritanya?

Usia memang tidak pernah jadi penghalang bagi Evita Nuh, 14, untuk berkarya. Sejak berusia 9 tahun pun Chacha— sapaan akrabnya—sudah aktif nge-blog soal bidang yang membuatnya paling tertarik, yaitu fashion. Sejak itu, Chacha seolah menjadi salah satu fashion bloggertermuda di Indonesia yang memiliki banyak penggemar. Pada usia 12 tahun, majalah Marketeers memasukkan namanya dalam daftar 100 anak muda paling berpengaruh di Indonesia.

Sementara komunitas penulis fashion TongueChic.comjuga menyebut Evita sebagai salah satu blogger fashionpaling bersinar (Fashion Brights Under 16). Blog Chacha www.http://jellyjellybeans. blogspot.comditulis dalam bahasa Inggris. ”Blog pertama yang aku buka adalah blog soal fashion. Dari situ aku langsung ingin membuat fashion blog,” tutur Chacha. Seorang fashion bloggertentu dituntut memiliki selera mode yang sangat baik (atau unik) dan selalu menjadi trendsetter.

Itulah Chacha, gadis yang gemar sekali melakukan eksperimen mix and matchdengan berbagai pakaian maupun aksesori. Dalam kesehariannya, Chacha bisa sangat boyishdan sebaliknya, supergirlie.” Bergantung moodsaja,” ujar gadis yang mengidolakan sang nenek itu. Bagi Chacha, fashionadalah cerminan diri.

Fashion juga jadi suatu kebutuhan karena bukan sekadar pakaian, melainkan cara untuk mengekspresikan individualitas. ”Fashiontak ubahnya kartu nama yang diberikan kepada seseorang untuk memberi tahu identitas diri. Hanya, lewat fashionkita tidak repot menyodorkan kartu,” ujarnya. Label Little Nuh lahir dengan kolaborasi antara Chacha dan kakak sepupunya yang lulus dari sekolah mode. Inspirasinya adalah kesulitan anak-anak seusia Chacha untuk bisa tampil fashionable.

”Dulu aku buat Little Nuh karena selalu berpikir bahwa pakaian untuk anak seusiaku amat jarang. Kalau tidak terlalu kekanak-kanakan, pasti terlalu dewasa. Jadi, Little Nuh aku buat untuk mengisi ruang kosong tersebut,” bebernya. Lewat blognya pula Chacha bahkan mendapat emaildari penulis film naskah dan cerita film 10 Things I Hate About You yang kebetulan membaca blog miliknya.

”Aku sangat suka film itu, bahkan sampai hafal dialognya,” katanya. Hal terbaik yang dia rasakan sebagai fashion blogger adalah mengenal banyak orang baru dan bertemu dengan orangorang yang aku kagumi. Hal yang paling menyenangkan, banyak orang tua yang menganggap aku sebagai role model untuk anak-anak mereka,” tuturnya. Menjadi seorang fashion blogger memang tidak memandang usia.

Dari anak muda sampai orang dewasa pun bisa mengekspresikan gaya mereka melalui blog pribadi. Seperti Diana Rikasari yang begitu cinta pada fashion, menulis, dan fotografi. Sejak 2007, gadis kelahiran 23 Desember 1984 ini merasa blog adalah media yang tepat untuk memfasilitasi tulisan dan foto-fotonya. ”Playful”dan ”colorful”adalah style yang menggambarkan keseharian Diana.

Dia mengaku tidak memiliki patokan orang tertentu dalam hal fashion.Semua bergantung mooddan hasil eksperimennya. Hobi nge-blog dan kecintaannya terhadap fashionmembuat Diana memutuskan untuk terjun ke industri fashion. Dia pun menggarap dua merek sepatu sekaligus, yaitu UP (www.iwearUP.com) yang fokus pada sepatu wedgesdan heels serta POP FLATS (www.popflats.co) khusus untuk flat shoes.Diana juga menggunakan blognya untuk mempromosikan kedua lini sepatunya itu. ”Yang penting itu konsisten dan jujur,” ungkap Diana saat diwawancara melalui surat elektronik.

”Aku itu nge-blog dari hati, jadinya enggak beban dan enggak pernah bosan. Malah rasanya ada yang kurang kalau aku enggak nge-blog dalam sehari. Intinya sih apa yang kita tulis juga harus jujur, agak personal, supaya tulisan dan blog kita juga punya karakter yang khas,” katanya. Menurut Diana, seorang fashion blogger dapat memberikan pengaruh besar pada dunia fashion.

Mengapa? Sebab, fashion blogger adalah real people yang lebih relatable sehingga lebih relevan ketimbang model yang ada di majalahmajalah. Fashion blogger, lanjut Diana, juga cukup membantu dalam hal mempromosikan fashionIndonesia. Banyak hal yang didapat Diana menjadi fashion blogger. Salah satunya, diundang ke Paris Fashion Week.Dia sama sekali tidak menyangka bisa mendapat kesempatan langka itu.

Di sana dia bertemu dengan idolanya, editor fashion majalah Vogue Inggris Anna Wintour serta Anna Dello Russo,editor-at-large majalah VogueJepang. Sebagai fashion blogger, Diana mendapatkan banyak apresiasi dari orang lain. Bahkan, ”personal style”-nya juga lebih dihargai publik. Diana juga tidak lagi merasa dianggap remeh dan dianggap sekadar ”aneh” atau cari perhatian karena personal style Diana yang memang terbilang ”unik”. ”Mendapat apresiasi itu sangat berharga lho rasanya,” tambah Diana.

Diana dan Chacha sudah memiliki clothing linesendiri, sementara Clara Devi adalah fashion bloggermuda yang juga sedang mengejar hal yang sama. Tahun depan, dia berencana merilis lini fashion yang menjadi ciri khasnya, klasik, preppyvintage, dan sedikit bercampur dengan grunge/mod culture. ”Passionsaya adalah menulis dan fotografi vintage. Bedanya, saya lebih tertarik mengulas budaya masa lalu. Baik dari musik, desain, maupun fashion.

Mungkin karena terbiasa menulis posting yang berisi foto personal saya di blog sehingga orang-orang mengasosiasikan saya dengan sebutan fashion blogger,” ujar pemilik blog http://lucedale.co ini. Kini, sudah lebih dari empat tahun Clara menekuni dunia blog. Dia bekerja sebagai junior creative planner di sebuah agensi Jepang dan sedang mengerjakan beberapa proyek yang berkaitan dengan advertisingdi Singapura dan Tokyo.

Bagi Clara, blog adalah sebuah portofolio yang mendokumentasikan karya-karyanya dalam bentuk digital yang dapat meningkatkan nilai kredibilitasnya. Seorang fashion bloggerpasti memiliki pandangan tersendiri terhadap semua perkembangan fashionyang sedang terjadi. Begitu pun dengan perkembangan fashiondi Indonesia saat ini yang memang terlihat amat pesat.

Menurut Chacha, jumlah fashion bloggeryang ada sekarang ini tak terhitung. Begitu juga jumlah label indie yang sangat banyak seiring dengan maraknya desainer-desainer muda. ”Itu merupakan indikasi bahwa fashionIndonesia sudah jauh berkembang,” ujar Chacha. Dulu, dia melanjutkan, label luar selalu dianggap keren.

Namun, sekarang justru sebaliknya. Banyak anak muda yang bangga dan memilih karya desainer lokal muda yang biasanya masih orisinal dan jauh dari kesan komersial. Diana pun berpikir sama. Dia berpendapat bahwa fashiondi Indonesia saat ini sudah semakin seru dan bagus. Banyak juga pemain baru yang mulai terjun dalam bidang ini. ”Pelan-pelan DNA fashiondi Indonesia jadi lebih kuat.

Semoga hal tersebut bisa diiringi oleh kualitas yang juga membaik,” harapnya. Meski demikian, Diana mengakui bahwa masih ada gap antara daerah Jawa dan kotakota besar lainnya. Clara menambahkan, bisnis di dunia fashionsangat menarik. Entah dalam hal clothingataupun media. ”Counter-cultureselalu memberikan warna yang segar dan saya lebih cenderung melihat dengan adanya internet sekarang perkembangan bisnis fashionjadi sangat terbantu,” ujarnya.  *OLEH : FAUZIA NUR NOVIYANTI, DEASY AMALIA, NIKE ARI PRAYITNO



LINK: http://www.koran-sindo.com/node/333419

No comments:

Post a Comment