Bambu,Yes...
Angklung, Yes... Yes... Indonesia, Aku Bangga! Begitulah semboyan yang
terdengar dari seluruh anak-anak yang menjadi peserta dalam rangkaian
acara Bambu Nusantara World Music Festivalyang ke-7 di Assembly Hall
JCC, Senayan, Jakarta belum lama ini.
Pada siang yang terik itu,
kami berdua mendapat kesempatan untuk meliput acara tersebut. Sebuah
liputan yang membuka mata kami tentang betapa hebatnya tanaman bambu.
Bambu ternyata bisa dimanfaatkan untuk berbagai macam kegiatan, mulai
menjadi alat musik, mainan, kerajinan tangan, hingga makanan. Saat
datang ke Assembly Hall, hiasan bambu sudah menyambut kami di pintu
depan. Masuk lebih dalam lagi, banyak anak-anak SD memainkan congklak,
enggrang, gasing, dan lain-lain.
Look awesome! Setelah
berkeliling, acara yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif ini ternyata menampilkan banyak sekali benda yang
berbahan dasar bambu. Ada makanan dan minuman dari bambu, berbagai
aksesori dari bambu, mainan dari bambu, alat musik dari bambu, hingga
karya seni tulisan dari bambu. Indonesia memang terbukti terkenal dengan
kekayaan budaya dan tradisinya.
Dalam rangka melestarikan alat
musik bambu ini, ada beragam pertunjukan musik yang menggunakan alat
musik berbahan dasar bambu, seperti angklung, sampe, dan suling. Untuk
angklung, ada yang berupa angklung Padaeng yang masuk kategori diatonis.
Nah yang menarik, ada penampilan bass bambu oleh Barry Likumahuwa.
Benar-benar tidak sabar untuk menunggunya. Sebelum melihat permainan
bass bambu, kami disuguhi penampilan siswa SD Kuda Laut memainkan
angklung.
Ternyata tak hanya lagu daerah yang mereka mainkan,
mereka juga memainkan lagu-lagu modern, seperti Garuda di Dadakudan
Bunda. Suara tepuk tangan turut bergemuruh di ruangan Assembly Hall
siang itu. Penampilan mereka sangat memukau dan memberikan pesan bahwa
alat musik tradisional tak hanya untuk memainkan lagu tradisional, lagu
modern pun dapat dibawakan menggunakan alat musik ini.
Merasa
penasaran, kami pun bertanya kepada salah satu murid SD yang memainkan
angklung itu. “Enggak susah kok mainnya. Aku sama teman-teman latihan
selama satu tahun,” celoteh Raras, si bocah SD dengan polosnya.
Kekaguman kami bertambah setelah mengetahui Raras masih kelas 5 SD. Kami
jadi ingat, dulu waktu SD, kami tidak punya kegiatan untuk bermain
angklung di sekolah.
Berlanjut ke acara selanjutnya, masih
pertunjukan angklung. Namun, kali ini pertunjukannya menjadi lebih
istimewa karena yang memainkan angklung adalah anak-anak berkebutuhan
khusus dari Ikatan Sindroma Down Indonesia (ISDI). Lagu pertama yang
mereka mainkan adalah Bundaciptaan Melly Goeslaw. Ada rasa haru yang
muncul ketika mereka memainkan lagu tersebut. Kami pun sempat dibuatnya
terdiam dan merasakan keharuan yang muncul.
Setelah itu, mereka
memainkan lagu kedua, We Are The Champion. Mereka terlihat begitu
bersemangat memainkan lagu itu menggunakan angklung. Tepuk tangan tidak
kalah gemuruh menyaksikan kegigihan mereka dalam memainkan angklung
tersebut dengan sangat indah. Lalu saat yang ditunggu-tunggu datang
juga. Sekitar pukul 16.00 WIB, Dwiki Dharmawan dan Barry Likumahuwa
muncul ke atas panggung.
Penonton dan wartawan pun heboh. Dwiki
Dharmawan and Friend dan Barry Likumahuwa tampil dengan apiknya. Alat
musik yang ada cukup beragam, mulai angklung melodi, grand angklung,
talempong, bass, perkusi, hingga sampe. Baru kali ini kami melihat
pertunjukan yang berbeda, yaitu perpaduan musik tradisional dan musik
modern. Nah yang membuat berbeda lagi, Barry memainkan bass bambunya.
Benar-benar apik! Kemeriahan tidak berhenti di situ saja. Penampilan
Maudy Ayunda dan Andien cukup menyita perhatian penonton. *OLEH : DEASY
AMALIA, NIKEN ARI PRAYITNO
Dimuat di Koran Sindo Edisi 7 September 2013 Halaman 8
LINK: http://www.koran-sindo.com/node/328277
No comments:
Post a Comment